Anak Korban Mom- Petition
Ambisi menjadi 'lebih' dari yang lain, membuat ibu lupa telah menjadikan anak sebagai korban persaingan dan perbandingan. Niatnya awal agar anak semakin termotivasi dan berprestasi, tapi justru guncangan beragam emosi negatif ia rasakan bila terus dibandingkan.
Terjun dalam bidang kompetisi itu tidak mudah, penuh resiko. Apalagi kompetisi antar ibu dalam tema persaingan menjadi lebih baik daripada ibu yang lain. Resiko terbesarnya ditanggung oleh anak, karena psikososial anak yang terdampak. Apa saja dampak yang dirasakan anak sebagai korban Mom-petition?
1. Stres
Ketika anak terus menerus dibandingkan dengan anak yang lain, anak akan merasa sangat terbebani. Beban itulah yang memunculkan tekanan pada anak sehingga menjadi stressor. Kebahagiaan dan masa explorasi secara alami menjadi terganggu. Idealnya lakukan komunikasi, satukan harapan bunda dan anak.
2. Merasa rendah diri dan bakat menghilang
Dibandingkan dengan anak lain berpotensi mengubur keberanian anak. Pada beberapa anak, munculnya perasaan tidak bisa bersaing yang dominan menjadikan anak semakin rendah diri. Ia merasa anak lain berkapasitas jauh lebih baik dan dia tidak. Kemudian anak menekan bakatnya dan hilang.
3. Menghindari keramaian
Ketidaknyamanan yang dialami anak dengan persaingan dan perbandingan menggiring ajak untuk lebih memilih menyendiri serta menghindari keramaian. Jangka panjangnya anak akan jadi sosok introvert. Ia beranggapan, semakin ramainya lingkungan semakin banyak tuntutan persaingan.
4. Sikap acuh tak acuh
Hasil yang anak capai kurang diapresiasi justru semakin terus dituntut dapat memunculkan sikap acuh tak acuh pada diri anak.
5. Menjauh dari orangtua
Orang tua menjadi sosok yang menekan dan anak beranggapan akan lebih tenang ketika tidak banyak berinteraksi dengan orangtua. Anak memilih untuk menjauh.
6. Ragu
Menjadi pribadi peragu adalah salah satu konsekuensi yang juga muncul karena anak sering dibandingkan. Ia merasa semua yang ia lakukan sekedar menjalankan keputusan dan keinginan ibu. Jika kondisi ini terus berulang, maka menjadi niscaya anak akan bergantung dalam berkeputusan dan menjadi peragu.
Semangat menjadi orangtua bijak seutuhnya
- Erna Dwi Susanti | Pekerja Sosial Anak