Go back
July 18, 2020

Sesadis Ini Komersialisasi Berita?

[caption id="attachment_715" align="aligncenter" width="300"] Sumber foto : Detikcom[/caption]

Studi kasus Hana Hanifah, Pengusaha A, Mucikari R dan fotografer J

Pembaca secara umum hingga detik tulisan ini saya buat belum mampu menemukan siapa sebenarnya sosok pengusaha A yang tertangkap polisi sedang berada di hotel kawasan Medan bersama dengan HH seorang aktris FTV.

Berbeda dengan HH yang masyarakat secara luas langsung menunjuk pada Hana Hanifah, seorang yang diduga mucikari (R) dan fotografer (J) masih terlindungi inisialnya. Publik tidak ada yang tahu mereka siapa.

Kondisi yang sadis dan tidak adil bukan?

Sadis? Iya karena sangat sarat diskriminasi. Apa HH adalah pelaku? BUKAN. (Sementara) ia diindikasikan bakal jadi tersangka kalau terlibat aktif menawarkan diri. Tapi namanya sudah terpublikasikan kan? HANA HANIFAH yang viral

Sedang pihak laki-laki hanya ditulis inisial saja dalam setiap pemberitaan? Karena dia pengusaha, eh bukan, kata polisi karena dia belum bisa disebut sebagai tersangka. Belum sampai kejadian.

Kembali lagi pada poin pertanyaan, kenapa media sesadis ini? Mungkin keperluan komersialisasi karena dia artis? Atau ada sebab lain?

Mau bagaimanapun ini adalah tindakan sadis, layaknya sebuah patron-klien, berdaya dan tidak berdaya. Kalau memang tidak mau disebut sadis dalam mengkomersalisasikan berita maka cukuplah media menggunakan inisial untuk semua pihak yang terlibat. Tanpa mendeskriditkan satu pihak dan menjaga rahasia pihak lain.

Dalam sebuah hukum ekonomi dan pasar, bukankah tidak akan barang kalau tidak ada permintaan? Dalam konteks prostitusipun juga sama, tidak akan ada penjaja seks komersil kalau tidak ada permintaan dari pelanggan. Akan pincang kalau dijalankan oleh satu pihak saja.

Semoga media semakin adil dan tidak turut menghakimi lagi dan lagi.

Erna Dwi Susanti