Yahya, Bunda Ijin Kembali Bekerja
Per 31 Desember 2016 lalu dengan perlahan saya negosiasi sama hati. Mengajaknya untuk mantap keluar dari kerjaan. Selain didukung sebab lain, seutama-utamanya alasan adalah janin yang kian membesar. Tidak terhitung berapa kilometer dia harus jarak jauh setiap hari, menyertai bundanya pulang pergi. Hujan-panas juga lelah, tapi saya tetap kekeuh ingin menuntaskan sampai akhir tahun. Apa tujuan saya? Biar kelak ia tidak kaget dan mengerti seperti apa rasanya berjalan dalam perjuangan. Biar ia juga paham bagaimana profesi bundanya untuk meniti tugas membantu sesama.
Menjelang proses persalinan, finallah keputusan saya untuk keluar. Dikehendaki Tuhan agarlah saya membersamai Yahya, menyeksamai tumbuh kembangnya. Mendidik, membesarkan dalam pengasuhan. Tercatat rapih bagaimana progres ia setiap saatnya. Apa yang ia suka dan tidak. Semuanya terekam oleh saya pun catatan saya. Adalah 24 jam waktu saya sepenuhnya untuk Yahya.
Tapi anakku, Yahya. Bunda ijin padamu sayang. Bunda kembalikan kapasitas kompetensi dan profesi bunda di ranah profesi. Bunda kembalikan garis tugas bunda pada kewajiban membantu sesama. Tanpa meninggalkan keutamaan tanggungjawab membersamaimu, Nak. Juga tanpa mengesampingkanntugas dan kewajiban bunda pada Ayahmu. Insha Allah.
Mari kita berjalan sholeh, bergandengan. Kita akan semakin kuat setelah kita menempa jasad-hati dan pikir kita untuk sesuatu yang memang lebih naik derajatnya dari apa yang ada. Mari kita keluar dari kenyamanan. Bersamai bunda dalam rantauan.
24 Desember 2017