Konseling dalam Pekerjaan Sosial
Praktik pekerjaan sosial sangat terkait dengan kegiatan konseling. Sebagaimana seorang dokter yang menggunakan stetoskop sebagai bagian dari perlengkapan untuk memeriksa, pekerja sosial juga menggunakan konseling sebagai bagian dari pelengkap upaya pertolongan yang akan dilakukan.
Definisi Konseling
Konseling menurut Pepinsky didefinisikan sebagai suatu interaksi yang terjadi antara dua orang yang berlangsung dalam rangka “profesional” dan diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan “perilaku” pada klien. Sedangkan menurut beberapa ahli lain, konseling juga didefinisikan sebagai suatu proses dalam bentuk wawancara di mana klien dibantu memahami dirinya sendiri secara lebih baik agar mereka dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian dirinya terhadap berbagai peranan dan relasi atau menemukan pemecahan masalah yang tepat.
Tujuan Konseling
Setiap tindakan selalu memiliki tujuan yang ingin dicapai, termasuk dalam konseling, pekerja sosial memiliki tujuan di antaranya sebagai berikut:
- Membantu klien agar mampu berhubungan secara efektid dengan diri dan lingkungannya.
- Tidak hanya menemukan sejumlah gangguan tapi juga menemukan penyebab dan cara penanganan
Sasaran Konseling
Adapun sasaran dari konseling adalah klien yang normal tetapi memiliki masalah yang mengganggu kehidupan dan penyesuaian terhadap diri sendiri dan lingkungannya
Ohya, biasanya kita di dalam konseling tetap akan menerapkan keterampilan wawancara, karena jauh dari kemungkinan jika proses konseling berlangsung tanpa beriringan dengan proses wawancara. Berikut adalah fungsi dari wawancara dalam konseling:
- Memperoleh data/informasi tentang klien
- Memberikan kesempatan klien untuk mengemukakan keinginan, harapan, sikap, pikiran dan perasaanya
Beberapa hal yang harus diperhatikan di wawancara dalam konseling:
- Menyampaikan tujuan konseling pada klien
- Menciptakan suasan yang aman sehingga klien tidak merasa terancam
- Mampu mengajukan pertanyaan terbuka
- Membantu klien untuk menemukan masalahnya sendiri
- Mampu mengatasi ketika klien diam, menangis atau bertindak agresi
- Memanfaatkan waktu dengan optimal
- Mampu mencatat dengan cepat dan tepat
Faktor yang menentukan efektivitas dalam wawancara
- Kepribadian konselor
- Mempunyai minat yang baik terhadap orang laon
- Mampu mengendalikan diri, emosi dan prasangka
- Keterampilan konselor
- Mampu berkomunikasi secara efektif
- Daya observasi tajam
- Terbuka dengan penddapat orang lain
- Empati yang tinggi
- Mampu mengidentifikasi masalah pesikogis-sosial-budaya
- Kualitas interaksi antara konselor dan klien
- Faktor situassional
Referensi :
Ahmadin, Bahan Paparan Pelatihan Pekerja Sosial Napza dengan judul "Komunikasi Terapeutik dalam Bimbingan Konseling”