Breastfeeding dan Pendidikan Resiliensi Perdana pada Anak
Membincang pendidikan resiliensi (daya lenting) adalah hal urgen yang menjadikan alasan kenapa saya bersama dengan tim pekerja sosial selalu menyampaikan kepada orangtua/wali ataupun keluarga besar dari anak agar menghadirkan aktivitas dan ruang-ruang penuh kelekatan pada anak. Kenapa harus keluarga? Karena keluarga adalah tempat tinggal utama dan terbaik untuk anak. Sumbangsih penanaman nilai maupun kehangatan akan memberikan dampak besar dan signifikan bagi anak yang terkait .
Maka sudah seyogyanya untuk menciptakan kondisi dan kenyamanan terbaik dilingkup utama dan pertama pelaku pendidikan, anak haruslah memiliki kelekatan dengan orang terdekat, oleh ibu, ayah, juga keluarga lainnya. Aspek prioritas yang akan diperbincangkan di pembahasan ini adalah kelekatan yang terbangun antara ibu dan anak. Pada ikatan ibu dan anak, pilihan terbaik membangun kelekatan dimulakan dari breastfeeding / menyusui .
Breastfeeding yang bukan hanya perkara masuknya air susu pada anak, tapi bagaimana perihal sentuhan kulit ke kulit, kontak mata anak dan ibu, interaksi batin yang tersambung melalui bahasa-bahasa tubuh serta diulang setiap waktu, setiap hari berulangkali inilah yang setelah dirunut membawa dampak penyerta yang akan membuahkan proses pembentukan karakter dan sifat anak di masa depan .
Resiliensi atau kelentingan individu sebagaimana yang didefinisikan Reivich dan Shatté (2002) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Resiliensi inilah yang menjadi bekal khusus kemampuan anak bertahan menghadapi hantaman ke depannya. Baik hantaman emosional, fisik, sosial hingga berbagai ragam keadaan .