Go back
March 26, 2022

Penerapan Fungsi Humas Dalam Konteks Pengembangan Diri Peksos Milenial

Humas dan Pekerja Sosial

“Every momen of one’s existence, one si growing into more or retreating into less” (Norman Mailer)

Membincang pengembangan diri maka tidak akan melepaskan pada upaya meningkatkan kemampuan berdasarkan pemahaman tentang potensi diri yang positif dan mampu mengangkat kepercayaan diri serta menambah perluasan manfaat diri. Pengembangan diri adalah citra positif yang membangun bargaining pribadi.

Sejalan teriring dengan era milenial yang digadang sebagai stage di mana kehidupan harus bersisian dengan perkembangan teknologi, pekerja sosial untuk mengambil moment juga harus menyesuaikan dengan keadaan. Untuk menuju pengembangan diri, pekerja sosial dituntut memiliki kelihaian untuk beradaptasi dengan arus deras informasi dan teknologi di era milenial seperti sekarang.

Kesadaran serta keberanian untuk membumi dan melangitkan tentang eksistensi praktik kerja profesional yang telah dijalankan, maupun memperluas lintas kerja sama antar pihak maupun interdisiplin profesi lain. Tujuannya? Agar publik memahami bahwa profesi pekerja sosial adalah nyata adanya. Secara singkat upaya tersebut dirangkum dalam 3 (tiga) giat yang harus diprioritaskan, penokohon, pencitraan dan penguatan jaringan.

Ketiga giat tersebut adalah bagian dari  fungsi kehumasan yang memegang peranan penting dalam penunjang pengembangan diri pekerja sosial dalam era milenial seperti saat ini. Giat dapat dilaksanakan secara mandiri oleh individu pekerja sosial maupun melalui bantuan pihak ketiga sebagai tim branding dari pekerja sosial.

Penokohan

Seperti halnya skenario dalam cerita, penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu. Pekerja sosial dalam giat penokohan ini mengemas diri dengan kapasitas dan potensi yang dimiliki untuk selanjutnya melakukan blow up ke publik agar publik memberikan penilaian dan mengetahui personal dari pekerja sosial yang bersangkutan. Setelah ada penilaian, publik dapat mengenal pekerja sosial sebagai tokoh yang memiliki identy tertentu.

Pencitraan

Huddleston dalam (Buchari Alma, 2008 : 55) memberikan definisi atau pengertian Citra dengan mengatakan sebagai berikut: “Image si a set beliefs The personal associate Alt an image as acquired trough experience” – Citra adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan dengan sebuah gambaran yang dimiliki atau didapat dari pengalaman.

Bill Canton memberikan definisi citra sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi. Seperti halnya kisah pencitraan Tokichiro dalam membangun citra heroisme yang membumi mengisyaratkan akan pentingnya menyampaikan suatu kabar positif untuk menumbuhkan rasa simpati di antara khalayak.

Maka pekerja sosial dalam giat pencitraan mengambil jalan untuk menampilkan citra positif dengan karya yang memanifestasikan eksistensinya. Meskipun publik akan tetap memberikan penilaian secara independen positif dan negatifnya tergantung dari setiap hal yang muncul di publik dan terkait dengan pekerja sosial.

Penguatan Jaringan

Melengkapi kedua giat sebelumnya, penguatan jaringan adalah pelengkap yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk membangun serta merawat jaringan. Jaringan dibangun dengan sesama profesi, antar profesi, organisasi, kelembagaan swasta maupun pemerintah. Fungsi dari jaringan yang dibangun adalah untuk melembagakan eksistensi dari pekerja sosial itu sendiri serta menjadi bagian dari support system bagi pekerja sosial.

Selamat mengembangkan diri dan profesi, Pekerja Sosial seluruh Indonesia.

Penulis : Erna Dwi Susanti (Pekerja Sosial Loka Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus Aceh Kementerian Sosial RI)